Joko Widodo sudah tidak layak memimpin Indonesia karena kebijakan
ekonomi yang dibuatnya terbukti menyulitkan masyarakat ekonomi kelas
menengah dan bawah. Jika Jokowi tetap dipertahankan, kehidupan
masyarakat akan semakin sulit dan tidak akan menghasilkan kesejahteraan
bagi masyarakat.
Begitu antara lain kesimpulan hasil jejak pendapat yang dirilis Indonesia Development Monitoring, Selasa (31/3/2015), terkait kinerja pemerintahan Jokowi selama lima bulan ini.
Direktur Bidang Ekonomi dan Bisnis Indonesia Development Monitoring,
Iwan Sumule menjelaskan pengumpulan hasil pendapat dilakukan secara
metode kualitatif dengan wawancara tatap muka kepada masyarakat yang
dalam jejak pendapat ini dijadikan sebagai informan.
Informan tersebar dari pedesaan, perkotaan kabupaten, provinsi dan
ibukota. Informan yang dipilih adalah masyarakat kelas menengah dan
kelas bawah. Kelas menengah terdiri dari masyarakat yang berpenghasilan 5
juta hingga 10 juta perbulan dengan latar belakang sebagai Pegawai
negeri, guru, pekerja kantor, pemilik toko dengan ukuran sedang, pemilik
restoran dengan latar belakang pendidikan paling rendah SMA dengan
jumlah 100 informan.
Sedangkan informan dari masyarakat bawah sebanyak 200 orang dengan latar
belakan pendidikan lulusan SMA sampai dengan SD dengan pekerjaan
sebagai guru, supir taksi, supir angkot, pedagang asongan, tukang ojek,
tukang gorengan, tukang bakso, tukang becak, buruh pabrik, petani,
nelayan yang semuanya berpendapatan rata-rata dibawah Rp 5 juta dalam
sebulan.
Dari para informan, kata Iwan Sumule, disimpulkan bahwa kebijakan
ekonomi Jokowi mengakibatkan masyarakat dengan ekonomi menengah tidak
bisa lagi menyisihkan pendapatannya sebagai tabungan. Malah sebagian
dari mereka harus membongkar tabungan untuk menutupi berbagai tagihan
kartu kredit, tagihan kredit rumah, dan tagihan kredit kendaraan
bermotor.
"Ini akibat pendapatan mereka tergerus oleh mahalnya biaya hidup untuk
memenuhi kebutuhan bahan pokok, transportasi, biaya air bersih, biaya
listrik, biaya pendidikan anak dan biaya leisure keluarga perbulan yang
hanya jalan-jalan di tempat-tempat kuliner yang biasanya hanya
menghabiskan 300 ribu meningkat menjadi 600 ribu," kata dia dalam
keterangannya kepada redaksi, Selasa (31/3).
Untuk masyarakat bawah, kebijakan pemerintahan Jokowi membuat
penghasilan mereka menurun hingga 30 persen. Hal ini dialami tukang
bakso, tukang mie ayam, tukang ojek, supir taksi dan supir angkot akibat
berkurangnya konsumen mereka dan mahalnya produk dan jasa yang mereka
jual.
Sementara bagi masyarakat kelas bawah seperti buruh pabrik, mereka
mengalami UMR sudah makin tergerus hingga 25 persen akibat kebijakan
Jokowi yang menambah beban ekonomi buruh makin mahal. Para buruh
mengeluhkan kehidupan keluarga mereka tidak berkualitas akibat banyak
keluarga buruh mengatur pendapatan mereka secara ketat.
"Diantara mereka banyak yang mengkonsumsi nasi dengan lauknya mie instan," imbuh Iwan Sumule.
Dikatakan dia, masyarakat juga berpendapat Jokowi tidak akan mampu
memenuhi janji-janji kampanyenya di Pilpres lalu. Masyarkat mengaggap
Jokowi sangat pro asing dan lebih layak disebut seperti pedagang
dibandingkan sebagai Presiden.
"Karena itulah masyarakat menginginkan Jokowi dilengserkan karena banyak
melanggar undang-undang," tukas Iwan Sumule yang juga Jurubicara
Prodem.[dem/RMOL] (pkspiyungan)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Hasil Jajak Pendapat: Publik Ingin Jokowi Dilengserkan"
Posting Komentar
Komentar Anda Bukanlah Tanggung Jawab Kami