Pengalaman Pertama saya di Raja Ampat

by Carla Kerstan & photos by Shawn Heinrichs

Saya sangat bersemangat ketika diberi kesempatan bergabung dalam perjalanan monitoring pari manta di Raja Ampat selama 10 hari. Saat itu saya masih magang di Conservation International (CI) dan belum pernah berkunjung ke Raja Ampat. Saya hanya mendengar bahwa tidak ada tempat yang seindah pulau-pulau yang terletak di kawasan Papua Barat ini, kawasan yang dianggap sebagai ‘permata mahkota’ dalam segitiga karang dunia. Meskipun saya terlahir dan dibesarkan di Indonesia dan telah melihat banyak tempat indah di negara kepulauan yang luas ini, saya pun belum pernah melihat pari Manta sebelumnya. Oleh karenanya, bisa mengunjungi salah satu tempat yang paling indah di bumi untuk bertemu satwa laut yang menakjubkan ini adalah keberuntungan yang sungguh luar biasa.
Penelitian tentang pari manta masih sangat terbatas. Sehingga, sedikit yang diketahui tentang dinamika, perilaku dan dampak pariwisata serta pemanasan global terhadap spesies karismatik ini. Oleh karena itu, penelitian menjadi aspek yang sangat penting guna memahami spesies ini serta untuk mengembangkan pendekatan konservasi yang efektif.
Pari manta adalah salah satu spesies laut yang paling dicari untuk obat tradisional Cina. Mereka dieksploitasi untuk diambil insangnya. Harga jual insang manta mencapai US $ 500/kg di Cina yang menyebabkan mereka banyak diburu tanpa henti di lautan kita.
Meskipun populasi manta menurun drastis disebabkan oleh perdagangan insang, namun demikian jumlahnya masih berlimpah di perairan Indonesia. Ini tidak terlepas dari peranan pemerintah daerah dalam melindungi spesies kunci penting yang seharusnya diapresiasi oleh berbagai pihak. Salah satunya adalah penetapan seluruh kawasan Raja Ampat sebagai tempat perlindungan hiu, pari manta, mobula ray, dugong dan penyu pada tahun 2010.
ShawnHeinrichs-20131123-172220-_B4V0807-Edit
Baru-baru ini pada Januari 2014, semua perairan Indonesia bahkan telah dinyatakan sebagai tempat perlindungan manta dan hiu. Meskipun peraturan resmi tentang hal ini telah dinyatakan secara nasional, perburuan spesies ikan bernilai tinggi seperti manta dan hiu masih perlu mendapatkan perhatian. Perburuannya di beberapa lokasi masih terus berlanjut. Namun demikian, patroli oleh masyarakat di Raja Ampat adalah hal terbaik yang telah dilakukan untuk mendukung perlindungan spesies ini dari nelayan yang tidak diinginkan yang masuk ke kawasan ini.
Tim monitoring manta di Raja Ampat beranggotakan beberapa orang ahli. Mereka berasal dari CI, Proyek Manta Indonesia dan Manta Trust, Misool Manta Project dan seorang profesor dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Kami berangkat dengan ambisi dan harapan yang tinggi. Kami juga berangkat dengan banyak tujuan. Kami harus menandai sebanyak mungkin manta dengan menggunakan tag akustik dan satelit tag serta memasangkan sembilan akustik reciver di lokasi-lokasi yang optimal di seluruh Raja Ampat. Kami juga harus mengidentifikasi sebanyak mungkin individu manta dengan memotret pola unik pada bagian perut mereka (ID), mengidentifikasi situs-situs pariwisata manta yang baru dan daerah pemijahan manta serta melatih tim monitoring lokal dan mengevaluasi tekanan pariwisata di situs-situs manta.
ShawnHeinrichs-20131125-035225-_V3T0405
Untuk sampai ke lokasi pengamatan kami mengunakan kapal penelitian CI yang diberi nama ‘Inbekwan’. Kami berangkat dari Sorong pada malam hari untuk menyeberangi selat Dampier. Setelah semalam, ketika bangun keesokan paginya kami telah sampai di lokasi tujuan pertama di Pulai Gam. Kami pun merapat ke stasiun lapangan CI di pulau Gam. Stasiun itu adalah sebuah pondok kecil yang terselip diantara pepohonan hijau subur dan dikelilingi oleh perairan laguna dangkal. Airnya sangat jernih hingga anda bisa melihat setiap ikan kecil dan karang yang berada di bawah Anda.
ShawnHeinrichs-20131122-190426-_V3T0106
Pagi itu kami menghabiskan waktu dengan melatih tim monitoring lokal yang akan melakukan pemantauan di lokasi manta di sekitar pulau Gam. Hari itu saya akan menjalani pengalaman pertama saya dengan pari manta. Kami menyelam di situs populer yang disebut Manta Sandy. Situs ini dikenal sebagai ‘stasiun karang pembersihan’ di mana manta akan diam dengan tenang pada kolom air dekat dengan karang selama beberapa menit sementara ikan pembersih dan penyapu parasit eksternal akan melayani mereka.
Kami menaruh beberapa kamera (GoPros) untuk merekam pergerakan manta di beberapa lokasi strategis. Kami pun kemudian menyaksikan beberapa makhluk-makhluk besar ini berenang melintas di atas kepala kami, berputar-putar pada dua batu karang besar (coral heads), sembari mendapatkan layanan harian pembersihan mereka. Melihatnya saya sangat terpesona. Saya seolah tidak percaya bagaimana hewan sebesar itu bisa begitu tenang dan damai. Mereka nampak begitu anggun.
ShawnHeinrichs-20131122-195754-_B4V0052
Itu baru hari pertama kami. Saya tidak bisa menduga hal apa lagi yang akan kami jumpai. Untuk itu, pada hari berikutnya kami berkeliling dengan speedboat mencari penampakan sirip manta yang muncul ke permukaan sebagai tanda mereka sedang makan. Tak berselang lama, kami pun menemukan mereka. Sulit menentukan jumlahnya dari permukaan.  Maka, saya pun melompat masuk dan hampir tidak mempercayai mata saya. Ternyata kami dikelilingi oleh dua belas manta besar yang dengan santai melahap zooplankton tanpa memperhatikan kehadiran kami sama sekali. Kami pun menghabiskan berjam-jam waktu berenang dan bermain dengan manta-manta tersebut sembari mengumpulkan foto ID guna keperluan basis data. Ini adalah hari terbaik dalam perjalanan saya – saya jatuh cinta terhadap satwa yang menakjubkan ini pada hari itu juga.
Hari-hari berikutnya dihabiskan dengan melakukan hal yang sama di perairan terdekat. Pada setiap lokasi yang kami datangi, saya selalu terpesona, sekalipun hanya untuk hal kecil. Jarak pandang dan warna airnya yang bersih, hamparan pulau-pulau yang tersebar di laut dengan tutupan karang yang beragam dan ikan berwarna-warni , suara burung yang berasal dari balik dedaunan yang tebal serta desa-desa penduduk dan anak-anaknya yang berlarian di dermaga penuh semangat terasa begitu indah.
Setelah beberapa hari di selatan Raja Ampat, kami pun melanjutkan perjalanan menuju utara, ke sebuah laguna yang terkenal, yaitu teluk Wayag. Entah bagaimana memulai untuk menggambarkan tempat ini. Semua bagaikan mimpi.
ShawnHeinrichs-20131125-024526-_V3T0182
Wayag hanya dapat diakses melalui mulut kecil laguna yang terbuka menuju ke struktur batu kapur besar yang tersebar di seluruh laguna. Jutaan tahun yang lalu struktur ini adalah terumbu yang terendam di bawah laut. Secara perlahan, struktur ini naik ke permukaan air membentuk pulau dan ditumbuhi vegetasi yang tebal. Banyak diantara vegetasi ini merupakan endemik daerah tersebut.
Wayag memiliki perairan tenang serta terlindung dari Laut Halmahera. Lokasi ini merupakan tempat yang sempurna bagi pertumbuhan kehidupan laut. Beberapa manta betina hamil dan bayi manta kami jumpai di lokasi ini. Seekor bayi manta yang masih begitu muda memiliki tanda lipatan pada sayapnya Nampak sedang berjuang untuk berenang. Melihat kondisi itu adalah hal yang paling menghangatkan hati.
Usai pengamatan di Wayag, kami melanjutkan perjalanan kami ke pulau lain untuk melakukan hal yang serupa. Mendekati akhir perjalanan, kami kembali ke stasiun di pulau Gam untuk bermalam. Pada siang harinya, kami bertukar data dengan tim monitoring lokal sebelum kemudian berangkat kembali ke Sorong. Saya merasa sangat sedih meninggalkan tempat itu. Perjalanan selama di Raja Ampat ini adalah pengalaman yang tidak akan saya lupakan dan berharap untuk bisa melakukannya lagi dalam waktu dekat.

0 Response to "Pengalaman Pertama saya di Raja Ampat"

Posting Komentar

Komentar Anda Bukanlah Tanggung Jawab Kami