Sekarang Amerika Serikat secara resmi punya versi Geert Wilders, sang
pembenci Islam dari negeri Belanda. Seperti Wilders di Londo sana, cewek
kelahiran Long Island, NY ini juga jagoan dalam menyebarkan kebencian.
Dia adalah wajah penolakan pembangunan mesjid dan Islamic Cultural
Center di dekat Monumen 9/11 di New York City. Dia juga berada dibalik
pemasangan iklan anti-Islam di sub-way-subway di New York (yang sebagian
besar dicoret-coret oleh warga New York). MTA, perusahan negara yang
menjalankan subway berusaha mencegah pemasangan iklan ini. Namun,
pengadilan mengatakan lain. MTA tidak berhak melarang orang yang
membayar untuk memasang iklan.
Pam Geller adalah juga orang yang berada dibalik lomba dan pameran
kartun yang mengolok-olok Nabi Muhamad. Bukan satu kebetulan, pameran
ini diadakan di Garland, Texas. Untuk Anda yang awam dengan geografi
politik AS, Texas adalah wilayah 'red states' -- negara bagian yang
politiknya berhaluan konservatif, Republikan, dan banyak Kristen
fundamentalisnya. Presiden Obama kalah telak di negara bagian ini.
Politisi yang hingga saat ini masih menduduki posisi paling tidak
disukai di Amerika berasal dari negara bagian ini. Siapa dia? Ya, George W. Bush.
Dua hari yang lalu, Pam Geller menggelar lomba dan pameran kartun ini.
Lomba ini menyediakan hadiah $ 10,000.00 untuk pemenangnya. Lomba dan
pameran ini diadakan untuk mendukung koran satire Perancis Charlie Hebdo,
yang juga punya kelakuan yang sama. Kebetulan saja tahun yang lalu, 12
orang dibantai di kantor Charlie Hebdo sebagai pembalasan atas olok-olok
itu.
Akhir pekan kemarin juga adalah saat Charlie Hebdo menerima penghargaan
dari PEN America. Pemberian penghargaan ini memancing reaksi keras. 180
penulis di Amerika menolak pemberian anugerah ini. Enam penulis yang
diundang tidak mau hadir pada Gala Dinner penyerahan penghargaan itu.
Argumen dari para penulis ini sangat menohok. Mereka melontarkan
pertanyaan yang isinya kira-kira seperti ini: Apakah ini persoalan
kebebasan berbicara? Mengapa memberikan penghargaan kepada media yang
mengolok-olok golongan masyarakat yang sudah tertindas oleh sistem
sosial masyarakat Perancis?
Lomba yang digelar Pam Geller pun hampir mengalami nasib yang sama
seperti Charlie Hebdo. Dua orang bersenapan mencoba menyerbu arena
pameran. Dua orang ini berhasil melukai satu polisi namun keduanya
keburu ditembak mati oleh polisi lain. Geert Wilders kabarnya sedang
berbicara (dia diundang sebagai keynote speaker) dalam pameran dan lomba itu.
Matinya dua penyerang itu menjadikan Pam Geller mongkog. Dia mensyukuri kematian itu dan mengumumkan kemenangan 'freedom of speech.' Sebagaimana ditulis The New York Times, dengan jumawa Geller mengatakan, “Here’s what the enemies of freedom sought to crush last night ... Truth and freedom.” Kemudian dia menambahkan, “They were crushed instead.”
Untuk saya, kelakuan orang-orang ini sungguh memuakkan. Cara mereka
berlindung dan menyalahgunakan kebebasan berbicara sungguh membikin
perut mau muntah. Untuk saya, jelas bahwa kebebasan berbicara tidak sama dengan kebebasan untuk menindas. Mengolok-olok adalah bentuk penindasan tersendiri -- dimana yang diolok-olok direndahkan martabatnya.
Saya harus berpikir keras bila saya ditanya: Jika dua penyerang itu
berhasil dan menembak mati Pam Geller serta Geert Wilders, apakah kamu
bisa menerima? Saya tidak suka kekerasan. Saya terganggu dengan
penyerangan bersenjata ini, dan dalam bobot yang sama saya juga
terganggu dengan kelakuan Pam Geller dan Geert Wilders.
*ditulis oleh Made Supriatma di wall fb (5/5/2015)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Pamela Geller, 'Ratu' Penebar Kebencian Islam di Amerika"
Posting Komentar
Komentar Anda Bukanlah Tanggung Jawab Kami