Peristiwa teror kelompok Kristen dengan melakukan pelemparan batu hingga
pembakaran masjid Baitul Muttaqin di Karubaga, Kabupaten Tolikara,
Papua pada Jumat (17/7) pagi berlangsung begitu cepat.
Kejadian tersebut tentu membuat umat Islam geram. Pasalnya, tuduhan
intoleran yang selama ini disematkan pada umat Islam, justru fakta di
lapangan yang terjadi sebaliknya. Mereka dizalimi, dilarang, bahkan
diserang saat melaksanakan ibadah shalat Idul Fitri.
Namun demikian, kaum Muslimin di berbagai belahan bumi nusantara kini
bisa mengambil hikmahnya. Diantaranya, peristiwa tersebut membuka mata,
bahwa ada saudara Muslim kita yang tinggal terpencil di tengah
pegunungan Papua. Aksi penyerangan saat hari raya Idul Fitri
mengingatkan pada kerusuhan Ambon-Poso yang terjadi pada tahun 2000an
silam. Sehingga menarik simpati dan jalinan ukhuwah umat Islam lainnya
di nusantara.
Sementara itu, ada kejadian yang luput dalam pemberitaan media massa
terkait peristiwa penyerangan jamaah shalat Idul Fitri di Tolikara.
Salah seorang saksi mata mengisahkan bahwa ada keajaiban yang
dialaminya.
“Kejadiannya itu kalau tidak salah ketika kami melakukan takbir ke tujuh
saat shalat Idul Fitri, sekitar pukul 7, pada hari Jum’at tanggal 17 di
bulan 7,” kata Nana, salah seorang pengungsi yang kiosnya turut ludes
terbakar, pada Selasa (21/7/2015).
Ia mengungkapkan, saat itu dirinya sempat terinjak-injak orang-orang
yang berlarian menyelamatkan diri ketika kelompok Kristen mulai
menghujani jamaah shalat Idul Fitri dengan batu.
“Lalu saya dibangunkan seseorang, saya lihat melayang batu-batu seperti
hujan batu, tapi tak ada satupun jamaah shalat yang terkena lemparan
batu. Mereka juga melempari dengan panah, tapi semuanya meleset. Padahal
waktu itu kita tidak ada pasang tenda,” ujar Muslimah pendatang asal
Sulawesi itu.
Selain itu, Nana juga membantah bahwa yang dibakar itu hanyalah
Mushalla. Namun, yang benar adalah Masjid. Hal itu bisa dilihat dari
plang yang tersisa dan tak terbakar meski bangunannya ludes dilalap api.
“Karena bangunan kios itu dari kayu, cepat menjalar. Masjid pun ikut
terbakar rata dengan tanah. Tapi anehnya plangnya tersisa, tidak hangus
terbakar,” tuturnya.
[Papan nama inilah yang menjadi bukti dan saksi kebrutalan massa GIDI yang membakar masjid, rumah dan kios]
Sumber: Panjimas
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Keajaiban Allah di Balik Tragedi Tolikora"
Posting Komentar
Komentar Anda Bukanlah Tanggung Jawab Kami